politiksaman.com-Musi Rawas (28/08), Masyarakat Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan geram dengan cara pemerintahan pusat menanggani perang opini Indonesia dan Malaysia, Mereka meminta pemerintahan pusat untuk tegas terhadap krisis diplomatik antara Indonesia dan Malaysia.
Menurut mereka jika memang tak ada jalan yang lebih baik, perang adalah solusi yang terakhir. Sebab kebebasan dan kemerdekaan yang didapat Republik ini, bukan dari hasil hibah atau rasa kasihan dari negara lain, tapi hasil dari perang. Sebab itu lah menurut mereka kenapa pemerintahan pusat haru takut dalam hal ini untuk tegas.
Misalnya Supri (43) warga Kecamatan Lubuklinggau Selatan II mengatakan dia merasa kecewa dengan tidak adanya ketegasan sikap dari pemerintahan pusat terkait krisis dengan Kerajaan Malaysia. Menurutnya jika memang diperlukan konfrontasi rakyat Indonesia tidak akan mundur, sebab nenek moyang sudah terbiasa berperang untuk memperoleh kemerdekaan.
"Kenapa harus plin plan dalam hal ini, jika Malaysia tidak koperatif kita konfrontasi saja, toh Malaysia tak pernah Merdeka dengan perang. Perlu diingat kemerdekaan yang baru kita rayakan kemarin, bukan dari hasil hibah atau rasa kasihan, tapi perang yang cukup panjang, " tegasnya.
Selain itu tokoh pemuda Musi Rawas, Bambang (34) warga Kecamatan Lakitan mengatakan ia berharap pemerintahan SBY tak perlu lagi bermain "sinetron" dengan selalu mengeluarkan nada lunak, jika ia memang seorang prajurit mestinya kehormatan negara dan aparatnya harus dijamin seratus persen, seperti penangkapan 3 staff DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan) beberapa waktu lalu merupakan bentuk dari usaha melecehkan kewibawaan dan kedaulatan negara, dan lebih hina dari tinja yang dilemparkan oleh LSM Bendera ke Kedutaan Diraja Malaysia.
" Tindakan penangkapan 3 staff DKP itu menurut saya adala bentuk dari pelecehan Kedaulatan negara ini, dan hal itu harus dilakukan ketegasan tindakan. Jangan hanya pada teroris lokal saja pemerintah begitu sigap, tindakan oknum polisi Dirja Malaysia itu lebih berbahaya dari tindakan teroris di Indonesia selama ini." katanya.
Sedangkan sekretaris Partai Indonesia Sejahtera (PIS) Kota Lubuklinggau, Raden Syailendra beranggapan ketidak beranian indonesia merupakan penjelasan ketergantungan Indonesia secara ekonomi kepada Malaysia. Hal ini terlihat tingginya investasi Malaysia di Indonesia, yang terbesar kedua di antara negara Asia Tenggara tetapi investasi Indonesia di Malaysia masih kecil sekali.
" Jika hitungannya masalah kekuatan kuantitas penduduk kita tentu menang dengan negara tentanga kita, penduduk kita ada 237 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk Malaysia hanya 27 juta jiwa. Namun jika bicara masalah ekonomi dan ketergantungannya hal itu terjadi kebalikannya. Ratusan ribu TKI di Malaysia merupakan pertimbangan khusus yg memberatkan Indonesia, sehingga menjadi kemungkinan enggan utk berkonfrontasi dengan Malaysia. Tentunya Hal ini berdampak secara politik dan ekonomi, " Ungkp Raden yang juga anggota DPRD Kota Lubuklinggau ini.
Sementara menurut catatan Kementrian Perdagangan Malaysia jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu nilai perdagangan kedua negara sampai semester pertama tahun ini mengalami kenaikan sampai 50 persen. Jika tren ini terus bertahan perdagangan kedua negara bisa kembali ke level 2008 yaitu mencapai US$15,3 miliar. (Polsaman)
0 komentar:
Post a Comment