Monday, November 2, 2009

Penarikan Dan Pengunduran Diri Dari Koalisi Riduan Effendy Sn Prana Putra Sohe

FRONT PERLAWANAN RAKYAT (FPR) PRESS RELEASE/PERNYATAAN SIKAP TERBUKA

Nomor

:

13 / FPR / Stat / XI - 2009

PERIHAL

:

Tentang : Penarikan Dan Pengunduran Diri Dari Koalisi Rina (Riduan Effendy-Sn Prana Putra Sohe)

Kita Bukan Pecundang yang Hanya Menerima Hasil Jerih Payah Siapapun, Kita wajib menuntut HAK dan Program Kita terrealisasikan Karena Kita adalah Unsur terdepan Memperjuangkan Koalisi RINA pada Pilkada 2 Tahun Lalu. Salam Perlawanan, seluruh kader, simpatisan dan kawan-kawan yang berempati yang perjuangan Front Perlawanan Rakyat (FPR) yang selama ini terus memberikan warna demokrasi di kota kecil Lubuklinggau ini, meski kadang dengung perjuangan ini juga sampai ke Jakarta kekawaan-kawan prodem dikamar diskusi IN DEMO bang Hariman Siregar, pernah juga diberitakan dimedia progresiv kawan-kawan PRD/Papernas atau ada selebaran yang mampir di rumah Bang Bintang. Hingga pernah juga menjadi tesis dari skripsi S-2 Bang Tarech Rasyid pendiri sekolah Demokrasi di Sumatera Selatan. Ini hanya sebuah cerita napak tilas yang namanya FPR. Kita juga dulu kawan pernah hampir tak henti-hentinya demo selama kurang lebih 8 bulan mengulingkan Bupati Kab. Musi Rawas, kita pernah melakukan coret moret kantor Kejari , Pengadilan Tinggi Kota Lubuklinggau hingga rumah dinas mereka pun kita coret moret dan gembok. Kita juga pernah mengusir dan memberhentikan Kepala PN (pengadilan Negeri) kota Lubuklinggau hanya karena salah omong FPR tidak ada kerjaan, hingga akhir kita buat ketu PN ada kerjaan dengan aksi 1 minggu 24 jam dengan membuat PN tidak bisa bersidang selama 2 Minggu. Banyak sudah catatan kita dalam bertahan hidup selama ini. Hingga waktunya kita merubah strategi berkoalisi dengan Walikota Lubuklinggau dan berlanjut pada Koalisi suksesi RINA. Bentuk loyalitas seperti apa lagi yang dipertanyakan oleh Borjuis dan pemerintahan komprador ini, dari sistem penjaringan pendukung melalui BAM (bintang Ahlak Mulia) kita serahkan tanpa ada ucapan terima kasih sedikitpun pada kader intlektual kita yang membuat jejaring pemenangan ini, betapa heroiknya kita secara sungguh-sungguh mengunakan FPR dengan POSKO DAMAI FPR disemua posko Dulur untuk menjadi TAMENG PERTAHANAN RINA. Tapi ini sebuah catatan bagi kita, dan juga tidak membenarkan kata Lenin, bahwa untuk apa kita bertahan dalam sebuah persatuan yang mengikat Leher kita. Dan untuk apa kita mendukung Sang Penguasa yang tidak Lagi memberikan support dan cek in balence dengan organ penyokongnya yang terbukti produktif, dimana disaat mobilisasi massa partai pengusung dan pendukung tak mampu memobilisasi massa, siapa yang melakukan kalau bukan semua elemen kita. Bukan membuka lembaran lama, hanya untuk memberikan pelajaran bagi kawan-kawan semua bahwa tidak juga lagi membenarkan kata-kata Mao tentang Kontradiksi atau Filsafat Karl Marx tentang Negasi menegasikan yang jelas memang sebuah diktaktor tidak akan memberikan ruang kepada kaum intlektual berkembang dan melebihi sang penguasa itu mungkin lebih tepat menurut Marchiavelli. Kami dengan sadar akan segala resiko perjuangan dalam tahapan yang kami yakini sebuah Revolusi Demokratik telah mencoba bersekutu dengan borjuis Lokal yang komprador yang kami anggap sebagai borjuis yang terbaik dari yang terburuk selama ini untuk dapat menjadi kawan dan teman berjuang dengan memberikan ruang bagi gerakan prodem merealisasikan program-program demokratik dan ekonominya ternyata tidak menemukan titik temu. Dan FPR secara Kolektif mengeluarkan sebuah Sikap bersama baik dari kawan-kawan FPR di Parlemen, di Luar sistem, Jubir-jubir disemua Wilayah Sumatera Selatan mengambil kesimpulan untuk tidak melanjutkan Koalisi ini dengan alasan sebagai berikut :

1.

Tidak Terakomodirnya Program Demokrati FPR dalam Koalisi pemerintahan Kota Lubuklinggau (RINA)

2.

udah keluar dari jalur akal sehat dan keyakinan Intlektual kita tentang adanya Indikasi cara-cara busuk RINA (pemerintahan Kota Lubuklinggau) menguras uang rakyat dengan membuat proyek Mercusuar melalui Proyek Multiyear yang menelan dana 145 M, sedangkan kasus pemindahan PKL ke Pasar Bukit Sulap (PBS) saja gagal, dan pasar Ikan yang menelan dana ratusan juta hingga saat ini terbengkalai. Lalu untuk apa proyek tersebut.

3.

Tidak pernah diakomodirnya kepentingan FPR, sebagai penyokong penuh pemerintahan kota Lubuklinggau dan kader-kadernya. Karena itu dengan sadar kami secara organisasi menyatakan mengundurkan diri dari koalisi RINA dan Organ Penyokong.

Dan konsekuensi selanjutnya akan kami tanggung renteng dengan dengan demikian kami menyatakan menjadi OPOSISI PENUH dan akan Menjadi Organisasi Pertama yang akan mengkritisi kebijakan politik, ekonomi, sosial dan budaya pemerintahan RINA. Tanap mengurangi rasa hormat, atas semua yang telah berjalan sebagai sebuah unsur senyawa yang bertautan ada rasa berbagi dan ada pemberian hasil jerih payah kami anggap sebagai bagian dari sebuah konsekuensi logis kerja yang kami lakukan selama ini. Dan kami secara organisasi siap memberikan tempat untuk berkonfrontasi jika diperlukan. Sekali hidup bermakna, setalah itu mati....!!! kalau bukan sekarang kapan lagi, bukan bukan kita siapa lagi...!!!

Lubuklinggau, 2 Oktober 2009



Nama

JABATAN


1

Wahisun Wais Wahid, SE

Koordinator


2

EDWAR ANTONI

KETUA HARIAN FPR


0 komentar:

Post a Comment

Komentar Pengunjung

ARSIP

PROFILE TOKOH

PUISI & SASTRA

OPINI

  • Kaca Benggala: Sumpah Palapa - Oleh: Agus Jabo Priyono*) Ibarat pepatah, sebagai sebuah bangsa kita sedang berlayar dengan perahu besar, melawan gelombang liar. Dikurung langit yang tla...
    15 years ago