
politiksaman.com-Musi Rawas (21/09) Desa Tanjung Agung, Kecamatan Karang Jaya, Musi Rawas, Sumatera Selatan nyaris terisolasi, karena akses jalan menuju desa tersebut rusak parah sepanjang 6 KM lebih.
Desa tersebut merupakan desa terakhir di jalur jalan Simpang Danau, Terusan Karang Jaya. Selain kondisi jalan yang sempit, beberapa titik diruas jalan satu-satunya akses menuju desa tersebut banyak ang berlubang bahkan berlumpur. Kondisi tersebut sudah berlangsung selama kurang lebih tiga tahun sejak jalan tersebut ditingkatkan dengan aspal lapen.
Kondisi jalan yang sempit dan rusak mengharuskan kendaraan terutama mobil truk pengangkut karet di desa tersebut harus sangat hati-hati. Saat kendaraan berpapasan dengan kendaran lain, salah satunya harus mengalah dahulu untuk memberikan kesempatan untuk kendaraan lain agar bisa sama-sama lewat.
Seperti diungkapkan warga setempat Yus (45), kondisi jalan tersebut akan semakin parah saat hujan, selain kondisinya sangat licin, jalan yang terletak disisi sungai Batang Empu tersebut dikhawatirkan longsor. Satu-satunya jalan yang dalam kondisi bagus di jalur Simpang Danau- Tanjung Agung, dengan jarak tempuh sekitar 20 km hanya sampai ke desa Rantau Telang.
“Kalau dari simpang Rantau Telang hingga desa kami panjangnya sekitar 6 kilometer, kondisinya bisa dilihat sendiri, pokonya kalau mobil atau motor yang ingin masuk ke desa kami harus sangat hati-hati,” ungkapnya.
Dia mengatakan,jumlah penduduk di desa tersebut mencapai 5 ribu jiwa dan mayoritas petani karet. Dengan kondisi jalan seperti ini, warga setempat kesulitan menjual karet dan menyebabkan ongkos angkut menjadi tinggi dan petani menjadi tertekan.
”Harga karet di desa ini dihargai sangat rendah karena banyak terpotong untuk ongkos angkut. Ini juga berpengaruh dengan harga kebutuhan pokok di desa kami,” jelasnya.
Dengan kondisi jalan seperti itu, dirinya berharap agar pihak Pemkab Musi Rawas melakukan perbaikan jaln tersebut. Karena menurutnya, jika kondisi tersebut dibiarkan hingg beberapa tahun kedepan, desa tersebut akan terisolasi.
Selain akses jalan menuju desa tersebut mengalami kerusakan, hingg sekarng desa tertsebut belum menikmati penerangan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Seperti diungkapkan oleh Abdullah, 42, untuk penerangan saat malam hari, warga di desa tersebut menggunakan penerangan dari mesin Genset. Hal tersebut menurutnya juga berpengaruh kepada perekonomian masyarakat desa yang harus mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar mesin genset.
”Selain harus mengeluarkan biaya unutk membeli BBM untuk mesin genset, kami juga harus mengeluarkantambahan biaya angkut, apalagi kondisi jalan banyak yang rusak. Kami mengharapkan agar Bupati dapat meningkatkan jalan dan memasang jaringan listrik sehingga daerah ini menjadi daerah yang makmur dan jangan sampai terisolasi,” harapnya. (polsaman)


0 komentar:
Post a Comment